0wo71p5M3MBGMPs3gA9-3U_3V9k Ketika Dangdut dan Nasyid Tak Lagi Berbeda | http://syahrial-siregar.blogspot.com/

Rabu, 02 Mei 2012

Ketika Dangdut dan Nasyid Tak Lagi Berbeda


Bismillah…
Jika ingin mengetahui apa yang paling berpengaruh dalam lagu, apakah liriknya ataukah musiknya, maka tengoklah ke lagu-lagu dangdut.  Dengarkanlah liriknya, untuk kemudian bandingkan dengan musiknya.  Ya, betul sekali.  Jika anda seorang penggemar dangdut, tentu anda tak akan kesulitan menemukan bahwa ternyata antara lirik dan musik dari lagu dangdut, sangat sering sekali bertolak belakang.  Liriknya menceritakan sebuah keputusasaan, patah hati, suami selingkuh dan yang semacamnya, tapi musiknya mengajak yang mendengar untuk bergoyang dan bergembira.  Apalagi jika sudah ada di konser dangdut.  Apa pun tema liriknya, tak peduli sedih atau gembira, goyangnya mah jalan terus.  Karena memang musiknya tak henti mengajak bergoyang meski yang dibawakan sebuah lirik sendu.  Yang pasti, happy happy saja lah.  Bahkan, lagunya Meggy Z yang selalu saja dibawakan tanpa lirik yang sedikit pun gembira, selalu diikuti goyang heboh dari para pendengar dan penontonnya.  Busyet dah….  Dari sini, saya jadi berani menyimpulkan bahwa mayoritas penikmat lagu dangdut sangat kurang(untuk tidak mengatakan tidak) memperhatikan liriknya, apalagi kandungan dari lirik tersebut.  Jauuuuuhhhh…  Mereka hanya menikmati alunan musiknya saja yang mengajak bergoyang.  Hanya sebagian kecil saja yang menghayati liriknya.
Lalu, apakah ini hanya berlaku di genre lagu dangdut?  Pastinya tidak.  Pop, Rock, Jazz atau bahkan nasyid pun berlaku hal yang sama.  Bahkan, para nasyiders sekarang ini, saya lihat sudah mulai terlihat berlomba-lomba membaguskan musiknya.  Mulai dari memperindah suara mulutnya(accapella) sampai pada menambahkan alat musik yang sebelumnya tak pernah dipakai.  Gitar, piano, bahkan ada yang memasukkan terompet.  Hingga saya seringkali melihat bahwa unsur dakwah seolah terbenam, dan para pendengar hanyalah menikmati alunan musiknya yang merdu, enak menggetarkan gendang telinga.  Sehingga ibroh, hikmah, ajakan kebaikan yang ada dalam liriknya seringkali jauh terabaikan. 
Kemudian lagi, jika kita bertanya, “Apakah di ranah tilawah juga berlaku?”. Maka, dengan sangat berat, saya jawab dengan, Ya.  Saya pernah melihat seorang qori yang sangat sungguh-sungguh berlatih lagu membaca Al-Qur’an untuk musabaqoh tilawatil qur’an.  Tapi sungguh miris, ketika ditanya tentang kandungan ayat yang dibacanya, dia hanya bisa menggeleng tak tahu.  “Saya sih, cuma belajar lagunya, Mas.”  Hmmmm….
Di sini, saya tak hendak menghujat mereka yang berkiprah di dunia yang menyangkut lagu-laguan, apalagi seorang qori.  Karena memang saya tak bermaksud begitu sama sekali.  Karena tak bisa disangkal, banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari ranah ini.  Bahkan, yang saya tahu, ada beberapa aktivis dakwah yang awal mula tertarik pada dakwah adalah melalui jalur nasyid ini.  Dan sekarang, saya lihat dia menjadi seorang aktivis yang giat.  Yang menjadi salah satu tauladan saya dalam berteguh.  Nah, yang ingin saya wanti-wanti di sini, terutama pada para nasyiders dan qori, jagalah keikhlasan.  Mesti diingat, dunia nasyid adalah dunia publisitas, dunia yang sangat dekat dengan ketenaran.  Jika tak kuat, maka tarikan dunia akan menyeret pada apa yang pada mulanya tak dimaksudkan.  Dakwah lewat lagu, jangan sampai hanya ada di slogan saja.  Masukkan ia ke hati, hingga para pendengar pun menerimanya dengan hati.  Perbaguslah lirik dan musik di setiap lagu, namun jangan sampai hal ini mengalahkan niatan mulia kita menyiarkan Islam, bukan menyiarkan kelompok nasyid atau bahkan menenarkan diri.  Karena mesti diingat, bahwa ada perbedaan yang sangat ketika mendengar sebuah nasyid yang disertai dengan hati, dengan mendengar nasyid yang sekedar mengandalkan keindahan musik dan suara.  Kulit memang sangat penting, tapi yang jauh lebih penting adalah isinya.  Yang tentunya, jangan sampai melanggar syariat yang telah ditetapkan.  Dan yang jauh lebih penting lagi, janganlah nasyid sampai melalaikan kita dalam membaca Al-Qur’an.
Di tengah masyarakat yang ternyata jauh lebih memperhatikan kulit, keindahan lagu jelas tak bisa ditinggalkan.  Namun, jadikan ia sebatas entry point saja untuk kemudian mengajaknya pada yang lebih baik.  Jangan jadikan ia sebuah tujuan.  Karena jika hanya bertujuan pada keindahan kulit semata, maka kesimpulannya adalah: dangdut dan nasyid tak ada beda.  Hanya beda di nama semata.
*****
Ketika tetangga sebelah selalu saja memutar lagu dangdut dalam menyambut pagi.  Menemani saya mencuci baju, 3 ember.  he heh... :)

sumber:http://tantodikdik.multiply.com/

0 komentar:

Posting Komentar

di harapkan komentar para pembaca....

syahrial_siregar@yahoo.co.id. Diberdayakan oleh Blogger.

http:syahrialsiregar.blogspot.com/

http://syahrialdankeluarga.blogspot.com/

syahrial

siregar