Bismillah….
Kita pastinya tak mau dalam usia 40, jiwa kita terasa letih, lelah terlebih lagi masuk kategori depresi. Tentu tak kan mau ada secuil pun gangguan kejiwaan ketika menginjak usia, yang kata orang, matang hidup ini. Sebuah usia harapan kedewasaan, di mana seharusnya sudah ternampak benar-benar ada. Sebuah usia yang seorang Muhammad diangkat menjadi seorang Utusan Alloh swt., Rosululloh. Nah, lantas memangnya ada apa dengan usia 40 tahun ini?
Setelah
baru saja melihat sebuah pertengkaran keluarga di negeri antah berantah
sana, saya jadi diingatkan dengan sebuah tulisan seorang psikolog
populer di Amerika, Dale Carnegie. Bahwa ada dua hal yang sangat menentukan kesehatan kejiwaan seseorang ketika menginjak usia 40 tahun. Pertama, pekerjaan. Kedua, pasangan hidup. Inilah dua hal yang mesti sangat difikirkan matang-matang dalam memilihnya. Tak sekedar comot, untuk kemudian bertemu sesal di kemudian hari. Sesal di sebuah masa yang akan sangat sulit mengubahnya. Di umur 40 tahun lah, seseorang akan berhadapan dengan panggilan diri yang seharusnya tertunai. Menjadi
depresi ketika menyadari bahwa di usia ini, ternyata waktu sudah tak
mengizinkan lagi memiliki harapan memulai dari awal sebuah pekerjaan. Di
usia ini pun, keluarga sudah pada posisi yang terlalu kecil kemungkinan
untuk mengawal. Di saat usia itulah, semua sudah seharusnya ada pada relnya yang benar. Ketika
didapati berada di rel yang salah, maka bersiaplah memeras jiwa secara
habis-habisan. Karena jiwa akan terus berkeringat, lelah hingga kalau
tak kuat akan sampai di rumah sakit jiwa. Ya, ini
memang sebuah penelitian yang terlahir di Amerika, namun saya sangat
yakin sangat berlaku pula di negeri kita tercinta. Ada yang kuat, namun
jauh lebih banyak yang menyerah untuk kemudian berpasrah tak berdaya.
Maka
dari itu, saya sangat ingin menyarankan kepada calon istri/suami, untuk
dengan sangat memikirkan pemilihan calon pendamping hidup itu. Adakah kau bayangkan dirinya mampu menjaga binar semangat di gurat indah wajahmu? Adakah kau bayangkan dirimu mampu menjaga binar semangat di gurat indah wajahnya? Adakah sebuah keyakinan kan terjaga rasa indah dalam naungan mardhotillah? Berfikir dan teruslah kau fikirkan, hingga tak ada lagi yang menolak rasa. Dan berserahlah penuh pada setiap sujud di sholat istikhorohmu itu. Kemudian ambil dan perjuangkan ia. Sekuata rasa dan raga. Hingga semoga di usia yang ke-40, tak ada rasa sesal walau sesaat di sela usia yang semestinya telah mantap. Untuk itu, kepada para pencari dan penapak kerja, bertanyalah sejujur hati, benarkah cinta ada di sana? Di pekerjaan ini? Hingga tak ada kata kerja(dalam konotasi beban) dalam kamus kita. Yang ada hanyalah suka yang terus membersitkan semangat membara. Karena ternyata, orang berhasil hanyalah mereka yang mencinta kerjanya untuk kemudian mampu menyelami maknanya. Itu saja.
Jadi, sudahkah kita berfikir sangat matang ketika menjatuhkan pilihan di kedua ranah ini? Mesti! Inilah masa depan kita. Yang terada dalam masa kita, sekarang.
*****
Ketika hati sedang mengazzamkan diri. Inilah duniaku. Inilah rumahku. Inilah hidupku. Inilah pilihanku. Inilah pula jalanku. Maka hamba mohon, kuatkan azzamku ini, ya Robb.
Saya rindu rasa optimis yang selalu hadir ketika saya lantangkan sebuah cita ketika umur masih terlampau muda. Yang beriring waktu, ternyata menyusut atas nama sebuah realita.
*****sumber:http://tantodikdik.multiply.com
0 komentar:
Posting Komentar
di harapkan komentar para pembaca....