0wo71p5M3MBGMPs3gA9-3U_3V9k Bukan Karena Ku Tak Mencintaimu | http://syahrial-siregar.blogspot.com/

Rabu, 02 Mei 2012

Bukan Karena Ku Tak Mencintaimu




Bismillah…

Cinta ternyata tak hanya cukup untuk dirasakan semata oleh diri.  Dia perlu diungkapkan, dia pun butuh dikomunikasikan dan difahami benar-benar cara kerjanya.  Ini penting, karena ternyata ini adalah inti solusi dari mayoritas masalah yang timbul dalam sebuah hal yang bernama hubungan.  Semua hubungan, hubungan apa pun itu.  Dan terutama lagi hubungan yang terkait dengan lawan jenis.  Karena sesuai dengan apa yang dikatakan oleh John Gray dalam buku Mars and Venus, lelaki dan perempuan berasal dari planet yang berbeda.  Hingga berbeda pula dalama cara merasa, berfikir dan bersikap.  Nah untuk kali ini, aku ingin menuliskan apa yang kurasakan dalam hatiku dalam berhubungan denganmu.  Ibu, Tetehku atau mungkin kau yang kelak kan bersama menemaniku menjalani hidup.  Heuheuy..
Mari kita  mulai…
  1. Maaf kalau ketika aku memiliki masalah, ku tak menyampaikannya padamu.  Bukan karena aku tak mempercayaimu untuk ikut menyelesaikan masalahku.  Tapi seringkali aku merasa bahwa aku bisa menyelesaikannya sendiri tanpa keterlibatan pihak lain (sedekat apa pun pihak itu kepadaku, apalagi lawan jenis).  Aku akan lebih banyak berkutat dengan apa yang kusukai tanpa ada intervensi pihak mana pun untuk pelarian (sementara).  Bahkan, maafkan aku, jika kurasakan ada intervensi, emosiku jadi tak nyaman bahkan ada marah di sana.   Maafkan aku.  Sekali lagi, bukan karena ku tak mencintaimu.  Tapi izinkanku terlebih dahulu menyelesaikannya dengan kemampuanku.  Karena  aku teramat yakin bisa.  Kau, kalau pun nanti kan tahu, akan tahu setelah permasalahan ini terselesaikan atau malah aku sudah merasa sangat tak sanggup lagi menyelesaikannya sendiri.  Egois?  Boleh jadi.  Tapi itulah yang kurasakan.  Aku hanya meminta padamu untuk mempercayaiku bahwa aku bisa menyelesaikan masalahku, walau pun kau tak tahu apa masalah yang tengah kuhadapi.  Maka janganlah heran, kalau ada saat di mana aku akan kau nilai tak menghiraukanmu walau sejenak.  Itu karena aku ingin menyelesaikannya sendiri dulu.  Menghidupi izzahku sebagai seorang lelaki.  Tapi itu ingatlah, bukan karena aku tak mencintaimu.  Sekali lagi, bukan karena itu.
  2. Terus terang, segala bentuk pelarangan olehmu akan apa yang kusuka adalah satu bentuk dari ketidakmenerimaanmu padaku secara apa adanya.   Itu yang kurasakan.  Walau aku pun mengerti, kau menginginkanku menjadi sosok lelaki yang jauh lebih baik dengan pelaranganmu itu.  Namun ketika kau melarangku melakukan sesuatu, akan kurasakan itu sebagai sebuah bentuk intervensi otoritas penuhku sebagai lelaki.  Itu saja alasanku.  Sekali lagi, bukan karena ku tak mencintaimu.  Apalagi bukan karena aku membencimu.  Aku hanya ingin melakukan apa yang aku ingin lakukan.  Kuberharap, sebagai satu manifestasi cintamu padaku, kau melakukan dukungan sepenuhnya padaku.  Bukan dalam bentuk larang ini larang itu yang MENURUTMU baik bagiku.  Karena aku sudah punya penilaian baik-buruk atau perlu-tidak yang mengacu pda penilaian MENURUTKU.  Egois?  Mungkin saja, tapi aku tak bisa untuk tidak menyampaikan ini untuk tujuan yang kita dambakan bersama.  Keharmonisan hubungan kita.
  3. Seperti yang sudah kukatakan di atas, komunikasi kuyakini memang perlu dalam segala bentuk hubungan.  Tapi entah kenapa, bagiku komunikasi yang intens malah membuatku kurang nyaman.  Kau memintaku, mungkin, untuk mengabarimu setiap hari akan keadaanku.  Tapi bagiku, seminggu sekali sudah cukup ideal untuk ‘sekedar’ memberi berita kabar.  Ya terkecuali memang kalau ada kejadian khusus.  Tapi jika semua (saya anggap) fine-fine saja, memberi kabar padamu tak perlu dengan cara berhamburan setiap saat.  Cukup ketika kurasakan rindu mulai menggelitikku gatal untukku segera menggaruknya.  Dan itu, mungkin dalam rentang sepekan sekali atau dua pekan sekali.  Makanya, ketika kau tanyakan kabarku tiap hari, sungguh kurasakan itu sebagai sebuah bentuk ketakpercayaanmu padaku dalam menjalani hidupku sendiri.  Aku tahu itu adalah salah satu bentuk cintamu padaku, tapi jujur inilah yang kurasakan.  Mungkin ketika dalam masa-masa tertentu hal ini tidak mengganggu, malah begitu sangat menyenangkan.  Tapi ketika masa tlah lama berlalu, pandangan itu kan sedikit banyak berubah.  Kukatakan, bukan karena ku tak mencintaimu.  Tapi memang beginilah yang kurasakan dalam hati hidupku.
Ini saja untuk kali ini.  Secara teroritisnya kau bisa dapat dalam berbagai buku.  Tapi empirisnya, inilah yang terjadi dalam hatiku.  Sungguh.  Hmm…  Ya boleh dibilang, tulisan ini muncul ketika ada kelindan buku dengan nyatanya hidup.  Begetu. Hehe...  Oh  iya, suatu saat kuharap kau pun mengungkap apa yang kau rasakan dalam hubungan hidup.  Hubunganku denganmu.  Ibu, Teteh dan siapa pun yang (kan) menemaniku menjalani hidup.  Biar aku pun tahu dan memahami cara kerja hatimu dalam merajut hubungan.  Mau kan? hehe... Itu aja sih.

Mudah-mudahan ini bukan sebuah tulisan tanpa makna.  Bukan tulisan yang hanya menghambur-hamburkan kata.  Amin.


*****
sumber:http://tantodikdik.multiply.com
 

0 komentar:

Posting Komentar

di harapkan komentar para pembaca....

syahrial_siregar@yahoo.co.id. Diberdayakan oleh Blogger.

http:syahrialsiregar.blogspot.com/

http://syahrialdankeluarga.blogspot.com/

syahrial

siregar