0wo71p5M3MBGMPs3gA9-3U_3V9k Alloh pun Jadi Kambing Hitam (Kasus Insya Alloh) | http://syahrial-siregar.blogspot.com/

Rabu, 02 Mei 2012

Alloh pun Jadi Kambing Hitam (Kasus Insya Alloh)


Bismillah...
“Kamu akan datang, kan?”, tanya perempuan itu kepada teman di sampingnya.
Insya Alloh, ya.”, jawab sang teman, sembari terus melahap soto Lamongannya yang tinggal setengah itu.
“Harus pasti.  Nggak boleh Insya Alloh.”, ancam sang perempuan itu tak puas dengan jaminan jawaban dari temannya itu.
“Iya, tapi saya nggak janji.  Kalau kerjaan sudah kelar, saya datang.  Insya Alloh.”, timpal sang teman itu.  “Saya usahain.”
Walau terlihat masih belum puas, sang perempuan itu tak lagi memaksa temannya itu.  Wajahnya nampak kesal.
*****
Adegan percakapan di atas, tentu tidak aneh dalam pergaulan kita.  Seperti yang saya sebutkan di judul, kali ini saya ingin menyorot sebuah frasa mulia dalam Islam, yaitu  : Insya Alloh.  Yang ternyata telah bergeser kedudukannya sangat jauh.
Secara bahasa, arti dari Insya Alloh adalah “Jika Alloh menghendaki”.  Kalau menilik lebih dalam lagi, kata ini merupakan sebuah jaminan kepastian dari seorang muslim sebagai manusia yang hanya bisa berencana.  Sang penyebut Insya Alloh sudah memiliki sebuah keyakinan penuh untuk bisa memenuhi dari apa yang disandingkan dengan kata ini.  Dengan kata lain, ini adalah sebuah jaminan akan dilaksanakannya apa yang dijanjikan.  Secara manusianya, usahanya sudah 100% ya.  Namun, karena bukan manusia yang menentukan jadi atau tidaknya, terlaksana atau tidaknya, maka Insya Alloh ini merupakana salah satu manifestasi pengagungan kaum muslimin terhadap ketentuan Alloh swt.  Tapi mesti diingat, ini sudah merupakan perwujudan optimal dari usaha faktor manusianya.
Namun, seperti sudah saya sebutkan di atas, sudah ada pergeseran makna dalam penggunaan kata Insya Alloh sekarang ini.  Orang yang mengatakan Insya Alloh, memiliki arti bahwa dia tak sepenuhnya berjanji, dengan usaha pemenuhan yang alakadarnya.  Dan dikarenakan banyak (untuk tidak mengatakan hampir seluruhnya) tidak menepati janji yang disandingkan dengan kata Insya Alloh, maka stigma Insya Alloh ini menjadi sebuah ketidakpastian (untuk tidak mengatakan, tidak ditepatinya lebih besar).  Menjadi sebuah pengabur untuk memberikan janji yang tidak akan pernah ditepati.  Na'udzubillah.  Maka terjadilah apa yang digambarkan dari percakapan di atas. Kata Insya Alloh tidak lagi dapat dijadikan janji yang benar-benar bisa dipercaya dari si pemberi janji.  Bahkan sang pemberi janji pun, akan sangat dengan ringan hati tak melaksanakan janji yang di-InsyaAlloh-kannya itu.  Toh, sudah dibilangin Insya Alloh, kok.  Kalau pun tak jadi, berarti memang Alloh tak menghendaki.  Hmmm... enak banget, ya?  Tak ada beban sama sekali.  Seakan-akan Alloh dijadikan tameng atas tak ditepatinya janji.  Seakan Alloh pun dijadikan kambing hitam oleh hamba-Nya.  Na'udzubillah.  Miris sekali.
Lantas, mesti bagaimana untuk mengembalikan kedudukan Insya Alloh ini pada aslinya?  Ya, marilah kita mulai dari diri kita sendiri.  Dengan cara memahamkan diri akan makna Insya Alloh ini, dan sekuat tenaga memenuhi seluruh janji yang di-InsyaAlloh-kan.  Saya fikir, ini sudah cukup.  Dan akan jauh lebih baik lagi jika kita pun mengajak yang lain untuk melakukannya.
Untuk mengakhiri tulisan ini, di bawah ini saya kutipkan keterangan dari Al-Qur'an terjemahan Depag tentang ayat Insya Alloh ini.
*kutipan dimulai, dengan perubahan seperlunya*
Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad saw. tentang roh, kisah Ashabul Kahfi(penghuni gua) dan kisah Zulkarnain lalu beliau menjawab, “Datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan kepadamu.”  Dan beliau tidak mengucapkan Insya Alloh.  Tapi rupanya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tak dapat menjawabnya.  Maka turunlah ayat 23-24 dari surah Al-Kahfi(18) sebagai pelajaran kepada Nabi.  Alloh mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebutkan Insya Alloh haruslah menyebutkannya kemudian.
*kutipan selesai*
(Catatan kaki, Al-Qur'an terjemahan Depag RI)
Mari kita tengok ayat tersebut :
“Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi.”, kecuali dengan mengatakan, “Insya Alloh”.  Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.” “(TQS.Al-Kahfi(18) : 23-24)
Sekian.
Walloohu a'lam...
*****

sumber:http://tantodikdik.multiply.com/

0 komentar:

Posting Komentar

di harapkan komentar para pembaca....

syahrial_siregar@yahoo.co.id. Diberdayakan oleh Blogger.

http:syahrialsiregar.blogspot.com/

http://syahrialdankeluarga.blogspot.com/

syahrial

siregar