Oleh: Muhammad Sulaiman, SS, M.Hum
dari Kumpulan Artikel Muhammad Sulaiman 1997
Sebagai penulis besar dan ternama, Al-Ghazali amat
produktif. Karya-karyanya mencapai kurang lebih 350 buah judul dan yang
dapat dibaca sampai sekarang ada 47 judul, di antaranya:dari Kumpulan Artikel Muhammad Sulaiman 1997
1. Al-Wajiz (fiqih)
Karena keunggulan karya ini sampai ada orang mengatakan, “Andaikata Al-Ghazali itu seorang Nabi, maka Al-Wajiz adalah mukjizatnya”. Imam Salfani mengatakan bahwa syarah Al-Wajiz mencapai tujuh puluh buah banyaknya. Karya-karya Al-Ghazali sebagai ahli hukum mengkualifikasikan dirinya sebagai yuriskonsul (faqih) terbesar madzhab Syafii setelah Asy-Syafii sendiri.
2. Bidayatul Hidayah (fiqih sufistik)
Buku ini telah diterjemahkan dengan judul “Menjelang Hidayah”.
3. Faishalut Tafriqah bainal Islami wal Jurfri waz Zindiqah
Telah diterjemahkan oleh Nurcholish Madjid dengan judul “Penjelasan Yang Menentukan”.
4. Tahafutul Falasifah (Kerancuan Para Filosof)
Buku ini membahas dua puluh masalah. Dalam tiga dari dua puluh masalah itu menurut Al-Ghazali para filosof telah menjadi kafir. Sedang dalam tujuh belas masalah lainnya para filosof telah berbuat bid’ah. Tiga masalah tersebut adalah: Ketidak abadian alam, pengetahuan Allah yang meliputi al-juz’iyat (partikularia-partikularia) dan adanya kebangkitan jasmani di akhirat. Ketiga hal ini ditolak oleh para filosof. Tahafut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ahmadie Thaha dan diterbitkan oleh Pustaka Panjimas. Tanpa membaca pengantar penerjemah kita mungkin akan mendapatkan atau mengalami kesulitan dalam memahami isi buku ini.
5. Jawahirul Qura’an (Rahasia-rahasia Ayat-ayat Suci)
Buku ini terbagi dalam delapan bab yaitu: Ilmu batin takhliyah, ilmu bathin tahliyah, ilmu zhahir takhliyah, ilmu zhahir tahliyah, amal batin takhliyah, amal batin tahliyah, amal zhahir takhliyah dan amal zhahir tahliyah. Di sini takhliyah berarti membongkar sifat-sifat jelek dan tahliyah berarti mengisi atai mengganti dengan yang baik. Setiap bab terdiri atas sepuluh pasal, sehingga seluruhnya ada 80 (delapan puluh) pasal. Dan inilah intisari isi Alquran menurut Al-Ghazali.
6. Ayuhal Walad (Hai Anak)
Sudah diterjemahkan oleh M. Zain Djambek dengan judul “O Anak”.
7. Kimiaus Sa’adah (Kimia Kebahagiaan)
Ini adalah ringkasan dari Ihya Ulumuddin, ditulis sendiri secara populer oleh Al-Ghazali dalam bahasa Parsi, tidak dalam bahasa Arab sebagaiman Ihya. Setahu penulis sudah ada dua orang yang menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan Haidar Bagir dari penerbit Mizan termasuk terjemahan yang bagus.
8. Misykatul Anwar (Misykat Cahaya Cahaya)
Risalah ini memuat tafsiran sufistik Al-Ghazali atas surat An-Nur ayat 35, yang dianggap sebagai salah satu tema sentral tasawuf, tentang tamsil Allah sebagai cahaya langit dan bumi dan hadis tentang hijab Allah, tentang metode tamsil dalam Alquran dan kaitan antara keduanya. Sedemikian canggihnya karya ini, sehingga oleh para ahli ditempatkan dalam peringkat tertinggi karya-karya tasawuf bersama beberapa karya lain Al-Ghazali dan magnum opus sufi-sufi besar lainnya seperti Fushushul Hikam dan Futuhatul Makkiyah karya Ibnu Arabi, Insanul Kamil karya Abdul Karim Al-Jili dan beberapa master piece lain dalam tasawuf. Sautu sumbangan yang meski ringkas, sangat menentukan bagi upaya pemahaman tasawuf Al-Ghazali.
Salah satu di antara pertanyaan-pertanyaan yang paling membingungkan di antara sejumlah masalah yang tak terpecahkan bagi para cendekiawan adalah di mana menempatkan karya Al-Ghazali yang sati ini dalam keseluruhan karyanya. Buku itu bisa dianggap sebagai pernyataan tentang seperangkat pandangan yang oleh ahli mistik sempurna diyakini sebagai rahasia antara dia sendiri dan Allah, dan tidak pernah menyebut-nyebutnya kecuali di kalangan terbatas murid-muridnya. Misykatul Anwar mempertunjukkan metafisika cahaya yang sudah sangat maju – Tuhan adalah cahaya – dan banyak ahli mistik zaman kemudian lebih menyandarka diri pada buku ini dari pada Ihya Ulumuddin. Buku ini sudah diterjemahkan oleh H. Rus’an dan kemudain oleh Muhammad Bagir.
9. Minhajul Abidin (tasawuf)
Antara lain dengan mendasarkan diri pada buku ini, K.H. Abdullah bin Nuh pernah memaparkan tujuh tanjakan atau pendakian: Pendakian ilmu dan makrifat, pendakian taubat, pendakian alangan yang berupa dunia, setan, manusia dan nafsu, pendakian rintangan yaitu yang berkenaan dengan rezeki, rasa gundah, takut, takdir dan macam-macam cobaan, pendakian pendorong dan penahan, pendakian pencacat dan pendakian puji syukur yang harus dilalui oleh si salik (penempuh jalan sufi) dalam perjalanan menuju yang dicinta, Allah.
10. Al-Munqidzu minadh Dhalal (Pembebas dari Kesesatan)
Sebuah otobiografi yang mengisahkan peristiwa pengembaraan intelektual dan rohani Al-Ghazali. Sudah diterjemahkan oleh Abdullah bin Nuh.
11. Makatibul Ghazali (surat-surat Al-Ghazali)
Kumpulan surat Imam Ghazali ini juga sudah dapat kita nikmati dalam bahasa kita. Edisi Indonesiannya dikerjakan oleh Haidar Bagir.
12. Ihya Ulumuddin (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama)
Ihya adalah buku hasil sinkretisme kreatif antara fikih, kalam, filsafat dan tasawuf. Merupakan karya monumental Al-Ghazali. Imam Nawawi, pensyarah Shahih Muslim, menulis bahwa “tidak ada buku sperti ini pernah ditulis sebelumnya dan tak akan ada yang dihasilkan setelah ini”. Syekh Abu Muhammad Karzony pernah mengatakan, “Jika semua perpustakaan modern di dunia yang memuat buku-buku baku tentang ilmu pengetahuan, agama dan seni, secara kebetulan dimusnahkan oleh api tetapi Ihya Ulumuddin terselamatkan, maka seluruh pengetahuan manusia dan segenap ilmu pengetahuan bisa dihidupkan kembali berdasarkan materi yang kerkandung dalam buku ini”.
Ihya terdiri dari empat bagian yang masing-masing memuat sepuluh bab. Bagian pertama mengenai ibadat, bagian kedua mengenai akhlak, bagian ketiga tentang dosa-dosa yang membinasakan dan bagian keempat berkenaan dengan hal-hal yang membebaskan atu menyelamatkan. Secara keseluruhan, nilai Annemarie Schimmel, Ihya bisa disebut sebagai suatu persiapan dalam segi-seginya yang mengerikan dan menyenangkan. Apa yang diajarkan Al-Ghazali dalam ketiga puluh sembilan bab yang mendahului bab terakhir itu hanyalah untuk menolong manusia hidup menurut hukum suci, sehingga manusia siap menghadap tuhan setiap saat.
Berkaitan dengan bab pertama dari bagian pertama Ihya, misalnya: Prof. Dr. Hasan Langgulung dalam simposium tentang Al-Ghazali di Jakarta beberapa tahun lalu, membahas konsep ilmu menurut Al-Ghazali. Ia mengatakan ilmu diartikan sebagai proses dan obyek. Sebagai proses, ilmu merupakan jalan menuju hakikat (reality). Sedangkan sebagai obyek, ilmu berarti sesuatu yang diketahui. Tentang ilmu sebagai proses Al-Ghazali membahas ilmu-ilmu yang ditangkap oleh indera, ilmu akal dan ilmu laduni (ilmu yang diperoleh tidak melalui indera dan akal). Ilmu laduni berasal dari Tuhan dan langsung terus ke dalam hati. Mengenai ilmu sebagai obyek, terlihat Al-Ghazali mengkritik golongan ilmu kalam, golongan batiniah dan kaum filosof. Psikolog pendidikan ini menambahkan pandangan Al-Ghazali tentang ilmu sebagai proses ada persamaannya dengan pendapat para hali psikologi mutakhir, walaupun yang terakhir ini belum sampai mengkaji masalah ilmu laduni, tapi baru membicarakan ilmu indera dan akal.
Penerjemahan tak lengkap Ihya sudah banyak dilakukan baik dalam bahasa Indonesia maupun daerah. Amat disayangkan terjemahan lengkapnya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, sampai sekarang belum ada. Sayang sekali.
sumber: http://www.akhmadtefur.com/
1 komentar:
ia
Posting Komentar
di harapkan komentar para pembaca....