Author: Akhmad Tefur
“Sedang belajar apa, nak?” Tanya Ibu Fatimah pada anaknya yang tengah asyik belajar.
“Bahasa Inggris, Bu!” jawab Ani.
Ani yang saat ini duduk di kelas 2 SMP memang sangat menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Koleksi buku bahasa Inggrisnya banyak, dia ikut kursus bahasa Inggris di lembaga pendidikan ternama. Pantaslah, nilai bahasa Inggrisnya tak pernah kurang dari 100.
Ibu Fatimah Nampak tersenyum puas.
Tiba-tiba, Ibu itu mengernyitkan dahi… dalam benaknya terlintas sebuah tindakan surgawi. “Jangan-jangan anak saya …” demikian batin Bu Fatimah.
“An, coba kamu terjemahkan ini” ucap Ibu Fatimah sambil menyodorkan Chemicals Engineering Text Book yang letaknya tidak jauh dari meja belajar Ani.
“Baik Bu…”
Luar biasa! Ternyata siswi kelas 2 SMP itu lancar sekali menterjemahkan text book, buku tebal berbahasa Inggris pegangan mahasiswa Kimia.
“Kamu memang hebat sekali!” Puji Ibunya sambil mengambil text book dari tangan Ani.
“Sekarang coba terjemahkan yang ini”. Bu Fatimah menyodorkan buku lain yang jauh lebih tipis.
Beberapa saat kemudian…
“Ani tidak bisa Bu”, kata Ani sambil senyum-senyum malu.
Dugaan Ibu Fatimah benar…, anaknya tidak mampu menterjemahkan bacaan shalat! Teks bacaan doa Iftitah yang disodorkannya tidak berhasil diterjemahkan satu katapun oleh anaknya yang mahir berbahasa Inggris itu.
Ani yang selalu mendapat nilai 100 untuk Bahasa Inggris, ternyata mendapat nilai 0 (nol) untuk Bahasa Shalat. Sedih, dan sesal menyelimuti perasaan sang Ibu karena selama ini tidak mementingkan pendidikan yang seharusnya paling penting.
Demikian penggalan cerita memilukan di negara Republik Entah yang juga banyak terjadi di negeri kita. Begini jugakah potret anak-anak kita, atau bahkan potret anda sendiri?
Ayo prioritaskan belajar shalat…
sumber: http://www.akhmadtefur.com/
“Sedang belajar apa, nak?” Tanya Ibu Fatimah pada anaknya yang tengah asyik belajar.
“Bahasa Inggris, Bu!” jawab Ani.
Ani yang saat ini duduk di kelas 2 SMP memang sangat menyukai pelajaran Bahasa Inggris. Koleksi buku bahasa Inggrisnya banyak, dia ikut kursus bahasa Inggris di lembaga pendidikan ternama. Pantaslah, nilai bahasa Inggrisnya tak pernah kurang dari 100.
Ibu Fatimah Nampak tersenyum puas.
Tiba-tiba, Ibu itu mengernyitkan dahi… dalam benaknya terlintas sebuah tindakan surgawi. “Jangan-jangan anak saya …” demikian batin Bu Fatimah.
“An, coba kamu terjemahkan ini” ucap Ibu Fatimah sambil menyodorkan Chemicals Engineering Text Book yang letaknya tidak jauh dari meja belajar Ani.
“Baik Bu…”
Luar biasa! Ternyata siswi kelas 2 SMP itu lancar sekali menterjemahkan text book, buku tebal berbahasa Inggris pegangan mahasiswa Kimia.
“Kamu memang hebat sekali!” Puji Ibunya sambil mengambil text book dari tangan Ani.
“Sekarang coba terjemahkan yang ini”. Bu Fatimah menyodorkan buku lain yang jauh lebih tipis.
Beberapa saat kemudian…
“Ani tidak bisa Bu”, kata Ani sambil senyum-senyum malu.
Dugaan Ibu Fatimah benar…, anaknya tidak mampu menterjemahkan bacaan shalat! Teks bacaan doa Iftitah yang disodorkannya tidak berhasil diterjemahkan satu katapun oleh anaknya yang mahir berbahasa Inggris itu.
Ani yang selalu mendapat nilai 100 untuk Bahasa Inggris, ternyata mendapat nilai 0 (nol) untuk Bahasa Shalat. Sedih, dan sesal menyelimuti perasaan sang Ibu karena selama ini tidak mementingkan pendidikan yang seharusnya paling penting.
Demikian penggalan cerita memilukan di negara Republik Entah yang juga banyak terjadi di negeri kita. Begini jugakah potret anak-anak kita, atau bahkan potret anda sendiri?
Ayo prioritaskan belajar shalat…
sumber: http://www.akhmadtefur.com/
0 komentar:
Posting Komentar
di harapkan komentar para pembaca....