Surat Untuk Calon Istriku.
Bismillahirrahmanirrahim
Apa kabarmu hari ini wahai wanita pujaanku?
Semoga setiap tingkah dan langkahmu selalu ada dalam ridho dan lindungan Yang Maha Kuasa.
Kapanpun kau membaca surat ini, percayalah, aku
sedang memikirkanmu saat ini. Dan ya, aku merindukanmu. Bahkan kadang
aku sangat merindukanmu.
Wahai wanita yang selalu ada dalam pikiranku,
hal yang paling aku takutkan di dunia ini adalah kesepaian dan
kesendirian. Maka mendekatlah padaku. Temani aku. Persiapkan dirimu
untuk hidup bersamaku, menemaniku mengarungi luatan kehidupan.
Seberapapun ganasnya badai yang akan kita hadapi nanti, tetaplah
bersamaku. Kita akan menghadapinya bersama-sama. Aku berjanji padamu.
Aku tak akan melepaskanmu dan tak akan meninggalkanmu. Aku tau ini tak
akan mudah. Semoga Yang Maha Kuasa selalu menjadi pelindung kita.
Wahai dambaan hatiku, kau mungkin tau bahwa aku
menginginkan wanita yang cantik yang selalu bisa menyejukkan mataku.
Tapi kau tidak perlu berdandan yang berlebihan agar terlihat cantik di
mata orang lain yang memandangmu. Cukup kau bisa terlihat cantik di
mataku. Tersenyumlah. Itu sudah lebih dari cukup untukku.
Kau juga mungkin tau, bahwa aku menginginkan
wanita yang kaya dan dari keluarga terhormat. Tapi jika kau bukan dari
golongan itu, tidak masalah, karena aku juga bukan dari keluarga yang
kaya dan terhormat. Selama kau tetap bersamaku, menemaniku, kita akan
membangun istana kita sendiri. Dengan tangan kita sendiri. Batu bata
demi batu bata. Mulai dari pondasi. Biarkan tangan kita melepuh karena
ini. Aku tak peduli jika telapak tanganmu tak halus lagi. Aku akan tetap
mencintaimu. Selalu mencintaimu.
Wahai calon ibu dari anak-anakku, kau mungkin
tau aku akan sangat merasa beruntung jika kau adalah wanita yang cerdas
dan berpendidikan tinggi. Tapi jika itu membuatmu merasa lebih tinggi
derajatnya daripada aku, sunguh, aku tidak membutuhkan itu. Kau tidak
perlu menjadi wanita yang bisa membuat nuklir, pengacara hebat, ataupun
menemukan obat dari penyakit yang belum pernah ada di bumi ini. Cukup
kau tau tentang kewajiban-kewajiban dan hak-hakmu sebagai seorang istri
dan seorang ibu. Dan selama kau selalu berusaha menjadi istri yang
berbakti dan ibu yang penuh kasih sayang, bisa mendidik anak-anak kita
nantinya menjadi generasi yang beriman kepada Sang Pencipta dan
bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya, aku akan sangat bersyukur
untuk itu. Aku pun bukan orang yang cerdas dan berpendidikan tinggi, dan
aku siap belajar bersamamu. Belajar tentang banyak hal tentang apa saja
dari kehidupan ini.
Wahai calon istriku, mungkin nanti kau ingin
bekerja di luar rumah untuk membantu kehidupan keluarga kita. Aku tidak
akan melarangmu melakukan itu. Tapi alangkah lebih baiknya jika kau
tetap berada di rumah, mengurus pekerjaanmu sebagai istri dan merawat
serta mendidik anak-anak kita sebagai ibu. Kau mungkin tak akan menyukai
pekerjaan seperti itu, karena aku tau itu adalah pekerjaan yang sangat
melelahkan, dan bayarannya pun mungkin tidak sesuai dengan apa yang kau
harapkan. Tapi sekedar engkau tau, itu adalah pekerjaan tersulit dan
yang sangat mulia. Tak ada satupun sekolah di dunia ini yang mengajarkan
hal itu. Dan bayarannya adalah cinta. Sesuatu yang lebih berharga dari
sekedar lembaran rupiah.
Aku sadar pekerjaanku saat ini bukanlah
pekerjaan yang bagus. Hasilnya pun mungkin tak sebesar yang kau
harapkan, jadi jangan pernah meminta lebih dari yang mampu aku berikan
kepadamu. Kau mungkin akan menganggapku lelaki yang egois, tapi
percayalah aku sangat ingin membuatmu merasa nyaman dengan apa yang kita
miliki. Aku juga ingin bisa memanjakanmu dengan sedikit kemewahan
dunia. Semoga kau tau harta yang berkah dan halal lebih penting dari itu
semua. Aku berdoa kepada Tuhan semoga aku selalu dalam bimbingan-NYA
untuk mencari rezeki dari hal yang diridhoi-NYA dan bisa memberi makan
engkau dan anak-anak kita dengan makanan yang baik dan halal.
Wahai pujaan hatiku, jika nanti aku marah dan
menumpahkan semua kekesalanku padamu, jangan pernah sekalipun kau
membantahku. Diamlah. Menangislah jika kau ingin menagis. Mohon maaflah
kepadaku, meskipun kau tau bahwa itu semua adalah kesalahanku. Semoga
dengan begitu kau mampu meredam amarahku. Tentu kau boleh membela
dirimu, nanti, saat kemarahan benar-benar hilang dari hatiku. Tak perlu
mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Karena kebersamaan kita
jauh lebih penting daripada hal itu.
Aku harap engkau tau, walaupun aku sudah
menjadi seorang suami, dan ayah dari anak-anak kita, tapi aku juga masih
menjadi anak dari orang tuaku. Dan jika nantinya aku lebih mementingkan
mereka daripada memenuhi kebutuhanmu, bersabarlah. Semoga Tuhan
menjadikanmu termasuk orang-orang yang sabar.
Wahai bidadariku, jika nanti aku lalai dalam
melakukan kewajibanku sebagai seorang suami dan atau seorang ayah,
terlebih lagi sebagai seorang hamba dari Sang Pencipta, ingatkanlah aku.
Tapi tetaplah jaga kelembutan tutur katamu, tetaplah engkau tersenyum
kepadaku. Peluklah aku, lalu ingatkan aku.
Aku sadar, setiap dari kita pernah memiliki
cerita bersama orang-orang istimewa di masa lalu. Tapi jangan pernah
membawa mereka naik di tempat tidur kita. Karena tempat tidur kita hanya
berisi impian, harapan, dan juga cita-cita masa depan kita.
Engkau mungkin akan menganggapku lelaki yang
egois. Tapi percayakah kau, bidadariku? Kau tercipta sebagai makhluk
yang istimewa, bahkan mungkin yang paling istimewa. Dan kau tak perlu
membuktikan kepada siapapun, terutama kepada diriku, keistimewaanmu di
luar kodratmu sebagai wanita.
Sebagai penutup dari suratku ini, aku ingin
mengingatkanmu tentang kabar gembira untukmu yang pernah aku dengar dari
orang yang lebih memahami ini dibandingkan aku.
Tuhan memberikan kebebasan kepada kaummu untuk
memasuki syurga dari pintu manapun yang kau kehendaki. Cukup kau
kerjakan shalat, membayar zakat, puasa, dan berbakti kepada suamimu.
Sebagai laki-laki, untuk alasan tertentu, aku iri akan keistimewaanmu.
Semoga kau tidak lupa akan keistimewaanmu.
Tetaplah berdoa untukku.
Semoga Yang Maha Kuasa semakin mendekatkan kita dan selalu melindungi kita dari hal-hal yang tidak disukai-NYA.
Aku merindukanmu, bidadariku.
Padangsidempuan, Desember 2013
Dengan penuh cinta
Calon suamimu
sumber: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/09/14/surat-untuk-calon-istriku-592365.html
0 komentar:
Posting Komentar
di harapkan komentar para pembaca....