بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :
Menuntut ilmu dengan keyakinan bahwa inilah jalan yang Allah ridhoi guna mengamalkannya kemudian mendapat ridho-Nya. bekerja untuk mencari nafkah guna mencukupi kebutuhan rumah tangga atas dasar keyakinan bahwa inilah tanggung jawab yang Allah berikan kepadanya sehingga dia akan menjaganya dengan baik. beramal amalan baik hanya karena Allah, karena rahmat-Nyalah tujuan setiap hamba. begitulah seseorang sewajarnya meyakini, atas dasar itulah seharusnya manusia beramal, bekerja dan lainnya. akan tetapi bagaimana jika seseorang dalam keadaan berikut :
- Menuntut Ilmu Hanya Untuk Mencari Nilai
Sekolah atau kuliah, yang dikejar-kejar hanyalah nilai. ketika seseorang belajar hanya karena nilai, maka dia akan mencari-cari cara agar nilainya sesuai target. ketika caranya ditempuh dengan cara yang baik, seperti belajar sungguh-sungguh. maka cara itu baik walau dia hanya akan mendapatkan nilai yang selama ini diidam-idamkan.
Akan tetapi ketika dia kurang sanggup untuk sungguh-sungguh dalam belajar, maka jalan pintaspun akan ditempuh. suap sana suap sini agar mendapat nilai yang diharapkan. katanya, kalau target nilai tidak tercapai, sudah terlanjur bilang keteman-teman. takut malu jika gagal.
- Berkerja Agar Dipandang Bermartabat
Bekerja untuk mencari nafkah, tapi tidak jarang juga ada yang mencari kedudukan. agar dipandang lebih terhormat. maka jalan apa saja akan ditempuh guna mencapai kedudukan tertinggi. karena ini adalah tuntutan masyarakat katanya biar lebih diakui, jika berbicara biar lebih didengarkan.
Pergi haji agar mendapat title "H" didepan namanya. kemudian orang-orang akan mengakuinya sebagai "pak haji" dan akan mendapat kedudukan spesial dimasyarakat. semua karena tuntutan masyarakat.
- Beramal Agar Dianggap Baik
Melakukan amalan-amalan agar dianggap baik oleh orang lain. khutbah sana khutbah sini. ketika telah banyak orang yang mengakui keilmuannya, mulailah dia berfatwa semaunya. dalil dicocok-cocokkan kepada keadaan yang bertanya agar tidak kabur. yang sebenarnya larangan, dikatakan itu tidak apa-apa dengan alasan yang dicocok-cocokkan.
Ada juga yang ingin menikah, dan berencana mengadakan walimah yang besar agar tidak malu dengan gelarnya sebagai seorang sarjana, atau orang yang dianggap memiliki kedudukan dimasyarakat.
Silahkan jika ingin mengadakan walimah besar-besaran, tapi dengan syarat bahwa dia benar-benar mampu dan dengan niatan bahwa itu adalah sebagai salah satu bentuk rasa syukur yang Allah berikan kepadanya. akan tetapi jika tidak mampu, dan sudah menjadi tuntutan masyarakat, jika tidak besar acaranya maka akan malu dan kurang dihargai. harus hutang kesana kemari, atau harus menabung bertahun-tahun agar bisa mengadakan acara yang sesuai standar lingkungan.
Dan masih banyak lagi kondisi-kondisi yang semua bermula dari rasa tidak enak dengan orang lain, atau karena tuntutan lingkungan. dan semua berhubungan dengan anggapan manusia belaka. padahal Allah telah berfirman :
وَإِنْ تُطِعْ
أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ
يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Artinya : "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (QS Al-An'aam : 116)
Sudah berapa rutinitas menjadi sebuah ibadah hanya karena niat, dan ibadah menjadi hangus pahalanya karena niat.
0 komentar:
Posting Komentar
di harapkan komentar para pembaca....