oleh : Farah Adibah | ||
Dari
sudut lampu merah, masing-masing hati yang berhenti sejenak melabuhkan
persinggahan perasaannya dengan beragam kisah (tentunya pembaca juga
sedang mengenang kembali renungan-renungan yang sempat hadir ketika itu,
ya kan ?). Ada sederet keluh kesah karena takut terlambat, mungkin ada
juga yang membuka kembali memori pertengkaran di rumah yang tak
seharusnya terjadi, barangkali juga ada yang bertanya-tanya dalam hati
siapa gerangan jodoh yang akan didatangkan Allah untuknya. Sejumlah
renungan lain hanya milik hati-hati yang melakoninya. Sampai dimanakah
renunganmu sobat ?
Saking asyiknya kita memikirkan nasib diri sendiri,
kita luput memperhatikan pemandangan-pemandangan di sekeliling yang
seyogyanya bisa mengetuk relung hati yang terdalam. Ternyata, ketika
kita egois terhadap kebutuhan diri, ada saudara-saudara kita yang
berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Ada segerombolan anak jalanan
berusia balita yang tak mengerti untuk apa mereka bekerja dan saya yakin
mereka juga tidak terlalu mengerti makna lagu yang mereka lantunkan
hingga syair-syairnya bukan untuk sebuah keindahan tapi benar-benar
mengharapkan receh sisa belanja kita (yang kadang kita pun malas
merogohnya dan sesampai rumah receh itu tercampak begitu saja). Ironis
lagi, cita-cita itu memang bukan milik mereka. Dari sebuah berita
televisi ada beberapa orang tua yang mengakui kalau mereka terpaksa
mengerahkan anak-anak mereka karena mereka tidak tahu bagaimana lagi
harus mengais rezeki.
Setiap pandangan yang dilayangkan, menghadirkan rasa kasihan…
Seorang bapak peniup harmonika tidak bosan-bosannya
melantunkan nada sepanjang hari walau bibirnya telah kering dan terik
matahari menghadirkan rasa haus. Barangkali anak-anaknya sedang
membutuhkan uang untuk pendaftaran sekolah atau isterinya sedang kritis
menunggu saat persalinan. Wallaahu a'lam, kita tidak pernah tahu untuk
apa mereka selalu setia berada di sudut lampu merah karena pandangan
kita berlalu seiring lampu hijau yang menyala dan kembali asyik dengan
diri sendiri. Maafkan hamba ya Allah.
Baru-baru ini ada berita mengejutkan di suatu daerah
di Jawa Barat, seorang pelajar SD kelas lima berusia 12 tahun nekad
gantung diri di rumahnya. Rasa malu kepada guru dan teman-temannya
karena tidak bisa membayar uang prakarya sebesar Rp. 2500 telah
membuatnya melakukan tindakan yang tidak biasanya terpikir oleh anak
seusianya. Mungkin dia adalah anak dari seorang manusia yang telah
berjuang habis-habisan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Uangnya hanya
cukup untuk makan dan Rp. 2500 sudah tak mungkin lagi didapat. Mungkin
orang tuanya juga telah mati-matian untuk mendapatkan pinjaman namun
tidak ada tetangga yang peduli. Barangkali juga dia telah mencoba
bergabung di sudut lampu merah untuk meraih receh demi receh tapi kalah
oleh kerasnya persaingan. Wallaahu a'lam, kita tidak pernah tahu… karena
kita tak pernah menyentuh lebih dalam kebutuhan mereka.
Yah, baru sebatas kasihan yang kita punya. Lalu,
risalah kasih sayang yang diantarkan oleh Rasul kita tercinta kemana
menguapnya ? Penyesalan ini sering datang hingga dalam hati ada
keinginan “aku harus menjadi kaya” hingga besok tidak hanya sebatas
kasihan yang bisa didendangkan tapi berbuat, berbuat dan berbuat hingga
tak ada lagi berita saudara seiman kita pindah keyakinan karena merasa
sendiri di dunia ini dan tidak ada lagi saudara kita yang merasa sendiri
dengan ujiannya. Yah, kita harus kaya! Kita harus bisa memberi solusi
yang real! kaya materi dan kaya hati, tentunya dengan ikhtiar yang
sempurna seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW (entrepreneur
sejati dalam tuntunan Allah)… di mana dalam catatan sejarah ditulis
bahwa Rasulullah selalu memberikan miliknya terbaik kepada siapapun yang
membutuhkan bahkan kepada yang memusuhi beliau sekalipun. Semoga kita
bisa !
"Tiadakah mereka melakukan perjalanan di muka
bumi, sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka merasa, dan
mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Sungguh, bukanlah
matanya yang buta, tetapi yang buat ialah hatinya, yang ada di dalam
(rongga) dada" (Q.S 22 Surat Al Hajj ayat 46)
------------------
farah_adibah@yahoo.com Untuk Sakti Sheila on 7 yang telah memberikan pelajaran berharga tentang indahnya berbagi dan segala syukur kepada Allah yang tak pernah memberikan ilmu kepada hamba-hamba-Nya… Khusus untuk mama dan papa yang membuat ku mengerti indahnya kasih sayang Untuk sobat-sobat dari sudut lampu merah yang telah “menampar” relung hati… berjuanglah dalam ridha Allah..
sumber: http://www.dudung.net
|
Jumat, 06 April 2012
Posts by : Admin
Baru sebatas kasihan.. (pelajaran dari sudut lampu merah)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
syahrial_siregar@yahoo.co.id. Diberdayakan oleh Blogger.
http:syahrialsiregar.blogspot.com/
http://syahrialdankeluarga.blogspot.com/
syahrial
siregar
0 komentar:
Posting Komentar
di harapkan komentar para pembaca....