Author: Akhmad Tefur
Jika shalat khusyu tidak berhasil diraih, maka shalat menjadi rutinitas yang menjemukan. Karena itu, belajar shalat khusyu merupakan solusi agar shalat tidak lagi menjadi beban harian. Jika orang lain dapat menghadirkan ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan melalui teraphy, meditasi dan sejenisnya, maka shalat khusyu lebih mampu mendatangkan lebih dahsyat dari itu.
Contoh nyata adalah sayidina Ali yang tidak merasakan sakit sedikitpun ketika anak panah yang menancapnya dicabut saat melaksanakan shalat. Hal ini hanya dapat dijelaskan dengan satu alasan: shalat khusyu jauh lebih dahsyat dibanding teraphy atau meditasi manapun. Anda tentu setuju, bukan?
Ibadah shalat adalah rangkaian gerakan dan posisi tubuh yang diciptakan Allah. Allah sang pencipta manusia pasti tahu persis “teraphy” yang paling cocok dan bermanfaat untuk tubuh manusia. Itulah shalat, sebuah rangkaian cara yang merupakan anugerah dari Allah untuk memperbaiki tubuh dan hati manusia, untuk kebahagiaan manusia.
“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu yang khusyu dalam shalatnya” (QS Al Muminun: 1-2). Inilah bukti bahwa shalat adalah anugerah Allah untuk kebahagian manusia. Ayat ini juga memberi kepastian bahwa shalat khusyu adalah anugerah untuk seluruh mukmin, untuk kita semua. Shalat khusyu bukan hanya untuk para nabi dan sahabatnya.
Kisah Sayidina Ali di atas adalah salah satu bukti kenikmatan shalat khusyu. Bukti tersebut, tentu bukanlah sebagai satu-satunya kriteria shalat khusyu. Kalau kita anggap shalat khusyu harus seperti itu, maka kita akan merasa bahwa shalat khusyu amat sulit dijangkau. Bukankah Allah telah berjanji tidak akan membebani kita, kecuali kita disanggupkan-Nya?
Kita akan mendapatkan kadar kenikmatan shalat khusyu yang berbeda-beda, sesuai dengan ilmu dan kegigihan usaha kita masing-masing. “Sesungguhnya ada seseorang yang mengerjakan shalat dimana dia tidak mendapatkan nilai shalatnya kecuali 1/10, 1/9, 1/8, 1/6, 1/5, 1/4, 1/3, atau 1/2-nya” (HR Abu Daud, Nasai).
Jadi, dua kunci dasar untuk meraih shalat khusyu adalah:
1. Yakin, bahwa shalat khusyu dapat diraih oleh siapa saja.
Tanpa keyakinan ini, maka gerbang menuju shalat khusyu tertutup rapat. Sebab, seseorang akan berusaha mendapatkan sesuatu hanya untuk sesuatu yang yakin dapat diraihnya, bukan?
2. Gigih dalam belajar shalat khusyu.
Kegigihan inilah yang menentukan tingkat keberhasilan kita. Jika kita malas dan asal-asalan dalam belajar shalat, jangan pernah bermimpi dapat meraih nikmatnya shalat khusyu.
Bagaimana memulai belajar shalat khusyu? Jangan khawatir… Insya_allah dalam kesempatan mendatang akan saya bahas. Yang penting saat ini kita sudah mendapat dua kunci dasar menuju shalat khusyu: yakin dan gigih!
Pantau terus blog saya, blog artikel Islami tentang shalat sempurna! Blog Islam milik kita semua …
Jika shalat khusyu tidak berhasil diraih, maka shalat menjadi rutinitas yang menjemukan. Karena itu, belajar shalat khusyu merupakan solusi agar shalat tidak lagi menjadi beban harian. Jika orang lain dapat menghadirkan ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan melalui teraphy, meditasi dan sejenisnya, maka shalat khusyu lebih mampu mendatangkan lebih dahsyat dari itu.
Contoh nyata adalah sayidina Ali yang tidak merasakan sakit sedikitpun ketika anak panah yang menancapnya dicabut saat melaksanakan shalat. Hal ini hanya dapat dijelaskan dengan satu alasan: shalat khusyu jauh lebih dahsyat dibanding teraphy atau meditasi manapun. Anda tentu setuju, bukan?
Ibadah shalat adalah rangkaian gerakan dan posisi tubuh yang diciptakan Allah. Allah sang pencipta manusia pasti tahu persis “teraphy” yang paling cocok dan bermanfaat untuk tubuh manusia. Itulah shalat, sebuah rangkaian cara yang merupakan anugerah dari Allah untuk memperbaiki tubuh dan hati manusia, untuk kebahagiaan manusia.
“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu yang khusyu dalam shalatnya” (QS Al Muminun: 1-2). Inilah bukti bahwa shalat adalah anugerah Allah untuk kebahagian manusia. Ayat ini juga memberi kepastian bahwa shalat khusyu adalah anugerah untuk seluruh mukmin, untuk kita semua. Shalat khusyu bukan hanya untuk para nabi dan sahabatnya.
Kisah Sayidina Ali di atas adalah salah satu bukti kenikmatan shalat khusyu. Bukti tersebut, tentu bukanlah sebagai satu-satunya kriteria shalat khusyu. Kalau kita anggap shalat khusyu harus seperti itu, maka kita akan merasa bahwa shalat khusyu amat sulit dijangkau. Bukankah Allah telah berjanji tidak akan membebani kita, kecuali kita disanggupkan-Nya?
Kita akan mendapatkan kadar kenikmatan shalat khusyu yang berbeda-beda, sesuai dengan ilmu dan kegigihan usaha kita masing-masing. “Sesungguhnya ada seseorang yang mengerjakan shalat dimana dia tidak mendapatkan nilai shalatnya kecuali 1/10, 1/9, 1/8, 1/6, 1/5, 1/4, 1/3, atau 1/2-nya” (HR Abu Daud, Nasai).
Jadi, dua kunci dasar untuk meraih shalat khusyu adalah:
1. Yakin, bahwa shalat khusyu dapat diraih oleh siapa saja.
Tanpa keyakinan ini, maka gerbang menuju shalat khusyu tertutup rapat. Sebab, seseorang akan berusaha mendapatkan sesuatu hanya untuk sesuatu yang yakin dapat diraihnya, bukan?
2. Gigih dalam belajar shalat khusyu.
Kegigihan inilah yang menentukan tingkat keberhasilan kita. Jika kita malas dan asal-asalan dalam belajar shalat, jangan pernah bermimpi dapat meraih nikmatnya shalat khusyu.
Bagaimana memulai belajar shalat khusyu? Jangan khawatir… Insya_allah dalam kesempatan mendatang akan saya bahas. Yang penting saat ini kita sudah mendapat dua kunci dasar menuju shalat khusyu: yakin dan gigih!
Pantau terus blog saya, blog artikel Islami tentang shalat sempurna! Blog Islam milik kita semua …
***
sumber: http://www.akhmadtefur.com/
0 komentar:
Posting Komentar
di harapkan komentar para pembaca....